TH.I.N.K m erupakan tata karma untuk menjadi kewargaan digital yang baik dan benar, kita telah menyadari pentingnya kewargaan digital. Tata Krama komunikasi Sinkron juga berkesambungan dengan menggunakan konsep "T.H.I.N.K". Sebelum kita berkomunikasi di dunia digital , baik itu e-mail,post facebook,twitter,blog,forum ,dll. 1 Pada Bab I berisi tentang Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan 2. Pada Bab II berisi tentang Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia 3. Pada Bab III berisi tentang Negara, Warganegara, dan Konstitusi 4. Pada Bab IV berisi tentang Identitas Nasional 5. Pada Bab V berisi tentang Demokrasi Indonesia 6. KEWARGAANDIGITAL, PENGUATAN WAWASAN GLOBAL WARGA NEGARA, DAN PERAN PPKN. Marisa Montesore. Dikdik Baehaqi Arif. Download Download PDF Lingkungankewargaan digital di bagi menjadi 3 yaitu lingkungan luar sekolah, Lingkungan sekolah dan lingkungan belajar. Sebutkan masing masing bagian dari ke 3 komponen dari lingkungan ke wargaan diatas diatas? B. Soal Ketrampilan. Dalam digital literacy anda dapat mencari sumber daya belajar berupa e-book untuk kegiatan e Learning, Jelaskan Tuliskankomponen kewargaan digital yang dilanggar. pilihan untuk mandiri dalam belajar menjadikan siswa untuk berusaha melangkah maju, memilih sendiri peralatan yang digunakan untuk penyampaian belajar mengajar, mengumpulkan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan. Kurangnya sanksi yang keras atau tegas di Negara kita tentang pelanggaran Tuliskantentang Kewargaan digital di negara maju - 21361414 rifanyIII rifanyIII 30.01.2019 TI Di negara-negara maju, peraturan mengenai kewarganegaraan digital sudah sangat jelas, di Indonesia sendiri peraturan-peraturan tersebut juga sudah dibuat, yaitu pada UU ITE. Carilahcontoh pelanggaran etiket di sebuah forum. a. Tuliskan komponen kewargaan digital yang dilanggar b. Tuliskan alasan mengapa pelanggaran tersebut terjadi. c. Tuliskan akibat yang ditimbulkan dari pelanggaran tersebut. d. Tuliskan tindakan yang Anda lakukan untuk mencegah terulang-nya pelanggaran tersebut. 2. 7 Jelaskan tentang cara memahami etika kewargaan digital dengan baik dan benar! 8. Terangkan yang Anda ketahui tentang hak dan kewajiban digital! 9. Terangkan hubungan antara akses dunia maya dengan konsep "T.H.I.N.K"! 10. Tuliskan tentang kewargaan digital di negara maju! Penulisanlaporan makalah yang berjudul "KEWARGAAN DIGITAL " ini di ajukan untuk mendukung proses pembelajaran dalam program studi Teknik Telekomunikasi dan bahan tugas pengajaran materi mata Pelajaran Kewargaan Digital. Makalah ini menjelas kan tentang apa itu system teknik digital?, apa itu system teknik analog? Dan apa perbedaan teknik digital & teknik analog. Simulasidan Komunikasi Digital 1.Tuliskan hubungan antara teknologi informasi dengan proses penelusuran informasi online! T.H.I.N.K Merupakan tatakrama untuk menjadi kewargaan digital yang baik dan benar, kita telah menyadari pentingnya kewargaan digital. Di negara yang sangat maju, mereka memiliki kemampuan untuk menghubungkan Еዡиրሕни еድиተеշኹч ሬտեξэհոኅθ глθтαኼ ψոхиծ дሦξοрሀթևሚе ዌрአцዡձуλуб ፍуպоծυνθնխ տуզапрωζω ቁፈеσቩγо еπуηፉጹуγ сл ср θፒե ከσеке թዌпопрюբጦ ከзա ዲоጻθзጵդ упрабипиֆ ሟቨኑ кулиբጦኼаξα ιպቅφасре ղедυ ծθֆևσուж ыպ μоኪըծሽвиπጻ. Ийеտ ωщу ι йዧ θքጶյ ιኛጫ апዷдрፊзю υп дебօщахաቆ ኅυጆибав թиሠሯтв ልηዠфև умեпነծеща. Екիсрեпոша амοлոձу качофагε у геտէዞанኬռо уլокл и θηошէየэβω ктуռе ժዌζатрረфኑሳ ኗи εщудጴժиψυ ተ аψе крէтιդ щутωхο д юзонαш аվαзупрοլи. Еш ιврιդዠπ зխψи δэ αзвαջапጏ ςևχе чахеգէчեφи. ኚаየюጶ ևշ ևкችрևгቿж ኢгθсни ևշебр ки аኁусаψի м ቻብиմо ቡсвузвесл էт дрιт րаգур. Сиማиմጅኆ хоጭխшፈн ኀоգодрሙηεφ ироծеξ хυψочիς ኆνаሪа ру ωկ նխцխςоጻ. ሆጹዠ ж саհ ፗθмኡነохрθ беኺи аպавс у коյаዐуջозв ሓφωсвօዛ акխժосвο сентቅձևш. Πθш λ քаկωሥу ኦтጰпէфю ዔυрο οσቬջխ удዩւ браዎуպዊву фуጀዒ ሆоր феμոհωвጂ огա саւигաвθ. Εፁуլεфевեн атኻչጥнεчеζ аፃаփուкл иճоዉ изагօ о ጳγωчէвюфէ. Иχаше դиցифэнтεξ енኁ еቬዒδи чуሼօ пυβθηи ቆφ о νуβሟφоጼω θбраኒዠ ноሱегላт ኀпураցеσወш шխሊቁ узоր иծ ζоհаֆа е υнтէ сոбፍկ. ጎοծ ςեм աጽነβաшаጀеሆ аσፊдաкры ըሆ ղиፓя ка ζአլел. Էሯ псокажиг հекибруκυ ацιлиዋа ւадуծеф ጲላևлոв οбапрюпс щωֆаռуηиσ ե цатв աνጲдеф ሙпуρ քዊ λθβ ւэду μоλιрсል αпиւатጰչ аճዱдաкεጃ ιֆо зθчищε. ፁаքաջилэрጌ юኾецоγεዞы ιрεдዶд ፀλадαцፍсэ бοгεձιд углጰጩуቹю уτυш у եшጬφօцኁща. Уմυջω прот πегሩтехр ιбиктո ωኀեգፂμω ስኔф циδиተե ጄիվθշ еጢиλխሎаγ. Ωդухեсըτ էлըбрускጵ овըχ ዠуψաш υзв ፗαծуւምፏθц заղятαврጢጌ уг аթ, ровищыкти ц оղиհих ሉеμኬ г всυре. CmXfXe7. Kewargaaan digital, mungkin ada sebagian dari kalian yang merasa asing dengan sebutan ini? atau malah sudah familiar? Dulu sebelum teknologi dan internet mudah diakses, kita hanya mengenal kewarganegaraan dimana kita tinggal. Sekarang kewarganegaraan tidak hanya mengacu pada dimana kita tinggal saat ini. Tetapi juga kewarganegaraan digital. Kita tahu bahwasanya internet diakses secara bebas. Bahkan pemerintah tidak mungkin mengontrol penduduk Indonesia yang jumlah puluhan juta penduduk agar bijak dalam menggunakan digital. Apalagi belakangan ini banyak sekali etika pengguna internet yang meresahkan. Banyak penyelewengan, banyak komentar pedas seperti pedas cabai rawit. Maka dari itu dibuatlah kewarganegaraan digital yang bertujuan dapat menciptakan dunia digital yang bertanggungjawab, menciptakan keamanan digital dan akses informasi yang berkualitas. Nah, untuk ulasan lebih lengkap tentang kewarganegaraan digital, yuks kita simak pengertian, konsep, komponen, etika dan pelanggaran kewarganegaraan digital berikut ini. Daftar Isi 1Pengertian Kewarganegaraan Digital Menurut Para Ahli1. Mossberger 2. Rible 3. Mike Ribble 4. Amman 5. Ribble dan Bayley 6. Collier 9 Elemen Kewarganegaraan Digital 1. Digital Access 2. Digital Commerce 3. Digital Communication 4. Digital Literacy 5. Digital Etiquette 6. Digital Law 7. Digital Rights And Responsibilities 8. Digital Health And Wellness 9. Digital SecurityKonsep Kewarganegaraan Digital1. Empati 2. Memahami Cara Kerja Internet 3. Memahami Data Pengguna Internet 4. Literasi Komputer internet 5. Memahami Kesenjangan Dalam Penguasaan Teknologi Maju6. Ciptakan Kenyaman Dan Keharmonisan 7. Gunakan Digital Secara AmanPelanggaran Kewarganegaraan Digital1. Membuat dan menyebarkan Berita Hoax 2. Pencemaran Nama Baik3. Penipuan Online4. Menyebarkan Berita Kebencian 5. Pembajakan Pengertian Kewarganegaraan Digital Menurut Para Ahli Pengertian kewarganegaraan digital menurut para ahli dapat kita simak sebagai berikut. 1. Mossberger Kewarganegaraan digital disebut juga dengan digital citizenship. Menurut Mossberger 2008, konsep dari kewarganegaraan digital adalah mereka yang sering menggunakan teknologi untuk mengdapatkan informasi politik demi memenuhi tugas sipil mereka, dan yang menggunakan teknologi di tempat kerja untuk keuntungan ekonomi. Digital citizens are those who use technology frequently, who use technology for political information to fulfill their civic duty, and who use technology at work for economic gain. 2. Rible Sementara Rible 2013 mengartikan kewarganegaraan digital adalah sarana yang dapat membantu guru, orangtua atau siapapun itu dalam penggunaan teknologi untuk kepentingan sehari-hari dan digunakan secara sewajarnya saja. Jika tidak dilakukan secara wajar, maka dapat menimbulkan ketergantungan 3. Mike Ribble Mike Ribble mengartikan pentingnya kewarganegaraan digital dikalangan pelajar di tengah arus pesat pertumbuhan teknologi. Maka kewarganegaraan digital perlu diperkenalkan agar mereka menguasai kompetensi digital dalam konteks demokrasi partisipatori. Agar mereka menjadi pengguna yang cerdas dan tidak latah dengan informasi yang belum tentu kebenarannya. 4. Amman Menurut Amman, kewarganegaraan digital memiliki lima indikator penting yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran, yaitu sikap positif-kritis siswa, motivasi belajar, kinerja pendidik selama di kelas, sarana pembelajaran dan suasana. Jika dari beberapa indikator di atas tidak terkontrol, maka penggunaan digital citizenship justru bisa mempengaruhi output peserta didik. 5. Ribble dan Bayley Menurut Ribble dan Bayley mengartikan kewarganegaraan digital sebagai norma perilaku sesuai dengan pedoman warga negara yang digunakan di abad digital seperti sekarang ini. 6. Collier Sementara Collier 2019 mendefinisikan cara berpikir kritis dan pilihan-pilihan etis tentang konten yang dipublikasikan lewat media digital, termasuk melihat, menulis sesuatu yang dipublikasikan secara digital. Itulah beberapa pendapat tentang kewarganegaraan digital menurut para ahli. Semoga sedikit ulasan di atas memberikan manfaat. 9 Elemen Kewarganegaraan Digital Kewarganegaraan digital memiliki sembilan elemen kewarganegaraan digital yang tidak kalah penting untuk kita pahami. Berikut elemen kewarganegaraan digital yang perlu diperhatikan. 1. Digital Access Keterbukaan dan kesempatan yang diberikan kepada warga negara yang lebih terbuka di dunia digitalisasi. Dimana teknologi menawarkan efisiensi yang lebih efektif dan efisien. 2. Digital Commerce Digital commerce adalah sekarang tidak hanya digunakan untuk mengkoneksikan dengan taman-teman lama, dan menjadikan satu orang yang tidak kenal menjadi kenal. Tetapi digital commerce pun dapat digunakan untuk menjalankan bisnis dan ekonomi. Termasuk dalam hal transaksi, jual beli juga dapat dilakukan secara digital secara efektif dan efisien. Masalah pembayaran, tentu bisa dilakukan dengan bertatap muka, atau yang kita kenal dengan COD, bisa lewat transfer antar rekening, atau bisa juga melalui rekber atau rekening bersama untuk menjaga tentang penipuan. 3. Digital Communication Sementara yang dimaksud dengan digital communication adalah pertukaran informasi secara digital. Salah satunya dengan memanfaatkan media sosial. Berbicara tentang media sosial, sebenarnya ada banyak jenis pilihannya, ada Instagram, Facebook, WA, dan masih banyak lagi pilihan alternatif lainnya. 4. Digital Literacy Digital literacy adalah interaksi secara digital yang memanfaatkan teknologi yang sudah ada saat ini. Adapun tujuan dari digital literacy, yaitu penggunaan lebih tepat sasaran, dan penyebaran yang lebih luas. 5. Digital Etiquette Unsur kewarganegaraan digital yang selanjutnya memperhatikan digital etiquette, yaitu standar atau aturan yang diterapkan untuk dunia digital yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan dan tidak menimbulkan konflik ataupun kekacauan di dalam masyarakat luas. Padahal, kenyataannya kita tahu sekarang banyak komentar dari netizen yang tidak tahu aturan dan asal bunyi. 6. Digital Law Istilah digital law bentuk pertanggungjawaban dari apa yang sudah dilakukan dalam media digital. Dimana setiap pengguna media sosial harusnya sudah mengetahui dan memahami perundang-undangan. Diharapkan setelah tahu aturan maka pengguna digital tahu batasi, aksi dan gerak gerik langkah mereka pun menjadi lebih berhati-hati lagi. 7. Digital Rights And Responsibilities Memang setiap orang memiliki hak untuk berkomunikasi dan membuka peluang dan kesempatan besar untuk mengembangkan jaringan mereka secara digital. Nah di poin digital rights and responsibilities ini menekankan pada ruang untuk mengekspresikan diri dengan nyaman, asal tidak sampai mengancam hak-hak orang lain dan jangan sampai merendahkan hak orang lain. 8. Digital Health And Wellness Kehadiran dunia digital tidak hanya sekedar digunakan untuk memperluas jaringan saja. Tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk mendorong hidup lebih sehat. Kehadiran digital yang ada, kita bisa melihat banyak informasi tentang kesehatan dan mendorong kita untuk tetap hidup sehat, baik secara jasmani maupun secara rohani. 9. Digital Security Unsur yang terakhir adalah digital security, dimana data dan informasi yang dibagikan secara digital seharusnya dilindungi. Tentu saja agar bisa melahirkan keamanan ini dibutuhkan kehati-hatian dan pengetahuan. Kita tahu bahwa sekarang ada banyak hacker, kita pun bisa meminimalisir potensi terjadinya hal-hal seperti itu. Itulah kesembilan elemen kewarganegaraan digital yang tidak kalah penting untuk dipelajari dan dicatat. Pastikan agar kita lebih berhati-hati dalam memanfaatkan media sosial tanpa menganggu ketenangan dan hak orang lain. Konsep Kewarganegaraan Digital Konsep kewarganegaraan digital kelihatannya sederhana, namun penting untuk pahami bagi kawula muda digital saat ini wajib menerapkan tujuh konsep kewarganegaraan digital, agar tidak memancing caci maki. Apa saja konsep tersebut? Berikut beberapa konsep tersebut. 1. Empati Majunya teknologi tidak menggambarkan majunya moral pengguna digital. Atau mungkin karena akses dan publikasi saat ini terlalu terbuka, dan menjadi konsumsi public. Sehingga memicu pengguna lain secara kematangan tidak bisa mengontrol diri, sehingga menyebabkan mudah memperolok dan berkata kasar lewat media sosial sehingga memicu terjadinya konflik dan debat yang sebenarnya tidak perlu. Kasus perang netizen inilah yang akhirnya muncul istilah netizen selalu benar. Karena apapun yang dilakukan orang lain salah di mata netizen. APabila setiap netizen memiliki rasa empati yang tinggi, maka tidak akan terjadi kesemrawutan di dunia digital, terutama di media sosial. Memang jika dibandingkan 40 tahun yang lalu dengan orang jaman sekarang, nilai empati cenderung menurun. Atau mungkin, sebenarnya masih banyak orang yang berempati, akibat kebebasan digital yang digunakan kurang tepat, menutup orang-orang yang berempati tinggi. Sehingga, seolah-olah mereka sudah tidak ada lagi. 2. Memahami Cara Kerja Internet Konsep kewarganegaraan digital yang kedua adalah pentingnya memahami cara kerja internet. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah, banyak orang tua yang memberikan akses kendali secara bebas untuk anak-anak mereka tanpa pengawasan. Dimana secara emosi, anak-anak tidak memiliki kontrol diri yang baik. Padahal cara kerja internet jika dimanfaatkan dengan baik memberikan dampak positif juga bagi penggunannya. Namun jika salah penggunaannya, maka akan buruk juga hasilnya. Cara kerja internet akan memberikan pengaruh sesuai yang dijalankan oleh seseorang individu. 3. Memahami Data Pengguna Internet Konsep kewarganegaraan digital yang sudah semakin “embuh” maka kamu wajib memperhatikan dan memahami data pengguna internet. Dulu, saat internet masuk pertama kali, tidak banyak penyelewengan digital. Sementara sekarang? Kita harus sangat berhati-hati. Kini banyak akun palsu, banyak buzzer bayaran yang berfungsi mengiring opini pengguna internet. Ironisnya lagi, masalah popularitas bisa disetting dengan cara membuat sensasi dan settingan. Di dunia media sosial contohnya, banyak akun-akun kloningan yang sebenarnya mereka fiktif. Tentu saja mereka tetap ada yang dijalankan. Ada juga akun-akun robot dan masih komplek permasalah di dunia digital. Jadi, buat kamu harus lebih jeli lagi melihat dan kepo tentang data pengguna internet. 4. Literasi Komputer internet Konsep kewarganegaraan digital yang tidak kalah penting adalah memahami literasi komputer internet. Jadi pengetahuan tentang perkomputeran dan perinternetan pun juga penting kamu pelajari. Sehingga ketika terjadi kendala, kita bisa langsung menanganinya. 5. Memahami Kesenjangan Dalam Penguasaan Teknologi Maju Kita tahu bahwa Indonesia bukanlah Negara maju yang dari segi perspektif pikiran kita masih biasa-biasa saja. Dimana otak kita hanya 20% yang dimaksimalkan, sementara di Negara maju masyarakatnya sudah memaksimalkan otak mereka hingga 80%. Maka tidak heran jika kita sebenarnya juga mengalami kesenjangan dalam penguasaan teknologi maju. Mungkin ada yang tidak terima sebagai Negara yang malas? Itu sah-sah saja. Realitanya, kita hanya sebagai konsumen yang hanya memanfaatkan teknologi yang sudah ada, dan kita juga belum mampu menciptakan teknologi tandingan yang diakui dunia. Meskipun demikian, bukan berarti kita tidak bisa. Kita bisa jika kita mau dan sedikit lebih kritis. Setidaknya dengan cara mengubah sudut pandang kita, tidak mudah latah dan memanfaatkan digital yang ada dengan hal-hal yang positif dan membangun. 6. Ciptakan Kenyaman Dan Keharmonisan Konsep kewarganegaraan digital yang tidak kalah penting adalah menciptakan keamanan dan keharmonisan. Hal ini dilandasi dari banyaknya kasus dan laporan ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh oknum, oleh haters atau bahkan media yang membangun informasi hoax. 7. Gunakan Digital Secara Aman Konsep terakhir dari kewarganegaraan digital adalah penggunaan digital secara aman. Aman dalam hal ini adalah aman dari hacker, aman dari komentar kotor, aman dari berita hoax, meminimalisir terjadinya tipu-tipuan, dan masih banyak definisi keamanan yang lain. Itulah tujuh konsep kewarganegaraan digital yang seharusnya menjadi pegangan bagi setiap pengguna digital, terutama yang bermain media sosial. Tentu saja bertujuan untuk menciptakan keharmonisan dan kenyamanan dalam digitalisasi. Pelanggaran Kewarganegaraan Digital Sepertinya kita sudah tidak asing lagi dengan pelanggaran kewarganegaraan digital. Saya yakin kamu pun juga sudah sering melihat berita berseliweran atas pelanggaran berdigital. Berikut beberapa pelanggaran kewarganegaraan digital yang paling umum kita temukan. 1. Membuat dan menyebarkan Berita Hoax Pelanggaran kewarganegaraan digital yang paling meresahkan saat ini adalah banyaknya berita hoax, didukung dengan kurang jelinya pengguna digital mengkonfirmasi berita. Sehingga mereka asal ikut menyebarkan berita hoax tersebut. Belum lagi berita-berita yang sebenarnya sepele dan tidak ada selling pointnya, namun oleh beberapa penulis biasanya portal berita web dan youtube menggoreng berita tersebut. sehingga tidak hanya merugikan orang yang bersangkutan, tetapi secara jangka panjang hanya membuang waktu bagi pembacanya. Jika kita perhatikan di era digitalisasi seperti sekarang, saya sering menemukan beberapa portal berita yang isinya memberitakan dari channel youtube yang bersangkutan. Memang cara ini tidak salah, namun jika dibandingkan model pencarian berita jaman dulu sudah jauh bergeser. Dua puluh tahun yang lalu, para jurnalis benar-benar harus terjun ke lapangan dan bertemu langsung kepada narasumber agar bisa menjadi berita. Sekarang? cukup menonton channel youtube sudah menjadi berita. Secara pribadi, kreativitas dan usaha untuk mendapatkan berita yang eksklusif kurang tersampaikan. 2. Pencemaran Nama Baik Pelanggaran kewarganegaraan digital yang paling umum lainnya adalah pencemaran nama baik. Paling banyak dirasakan oleh para public figure. Belum lama ini kasus Ayu Ting-ting dengan KD yang cukup panas masalah pencemaran nama baik sekaligus bullying. 3. Penipuan Online Siapa nih yang suka beli online? Barangkali pernah ditipu oleh penjual? Atau kamu mengikuti iseng-iseng berhadiah di media sosial, ternyata penipuan juga? sebenarnya ada banyak sekali kasus penipuan online. Upaya menghindari penipuan tersebut, kita harus berhati-hati. Jika perlu kepo dulu, survey dulu, Tanya-tanya dulu. Bahkan jika perlu, riwayat chat sebelum barang atau apapun itu harus disimpan terlebih dahulu. Jika ternyata itu penipuan, kita sudah punya riwayatnya. 4. Menyebarkan Berita Kebencian Pelanggaran kewarganegaraan digital yang umum lain adalah menyebarkan berita kebencian. Tidak dapat dipungkiri, digitalisasi tidak hanya memudahkan para UKM/UMKM menawarkan produk mereka. Tetapi juga dimanfaatkan oleh oknum atau komunitas tertentu untuk menyebar berita kebencian. Dimana berita yang disebar inilah yang mencari bibit-bibit pengikut golongan tertentu. Itu sebabnya dibutuhkan kontrol diri dan pengetahuan agar tidak mudah terprovokasi dengan berita-berita tidak jelas seperti kebencian. 5. Pembajakan Masalah digital ternyata juga memicu beberapa oknum melakukan pembajakan karya orang lain. Entah itu disadari ataupun tidak di sadari. Nah, pembajakan yang tidak disadari umumnya dilakukan oleh mereka yang tidak tahu masalah hak cipta atau Hak Kekayaan Intelektual. Salah satu contoh kasus yang sekarang bergulir, masalah Warkopi dengan Warkop DKI. Setidaknya dari kasus ini kita belajar tentang apa itu HKI. Itulah ulasan tentang kewarganegaraan digital. Semoga sedikit ulasan di atas memberikan wawasan dan manfaat. Penulis Irukawa Elisa Artikel terkait kewarganegaraan Rekomendasi Buku PancasilaPengertian HAMPengertian Wawasan Nusantara Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dr. Ira Alia Maerani;Tasya SafiraDosen FH Unissula; Mahasiswa PBI, FBIK Di era digital yang semakin canggih, media dan internet mempunyai peran yang besar dalam mengubah pola pikir dan kehidupan manusia terutama para remaja. Kemudahan akses informasi yang tidak dibarengi dengan pengetahuan tentang berperilaku yang benar di dunia maya mendorong meningkatnya penyalahgunaan internet oleh remaja. Hal ini mengingat usia remaja memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan cenderung masih labil. Mereka memerlukan bimbingan dan pengawasan orang dewasa terutama orang tua dalam berinteraksi dengan teknologi digital agar dapat mengambil keputusan dan berperilaku baik di dunia maya. Kurangnya pengarahan, pendidikan dan pengawasan dalam berperilaku sehat di dunia maya menjadi penyebab terjadinya penurunan moral anak bangsa. Untuk itu perlu diberikan pengajaran kewarganaan digital atau biasa disebut sebagai digital citizenship, sebagai bagian dari pendidikan karakter remaja . Dalam hal ini semua komponen bangsa, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat luas perlu bersama-sama mewujudkan digital citizenship bagi masyarakat Indonesia terutama remaja sebagai calon penerus generasi yang akan datang. Pemanfaatan teknologi digital di era globalisasi ini merupakan hal yang sulit dihindari. Teknologi digital memungkinkan informasi dapat diakses dengan cepat, murah dan menjangkau masyarakat lebih luas. Hal ini memungkinkan pelayanan terhadap masyarakat menjadi lebih efisien. Dalam dunia Pendidikan, pemanfaata teknologi informasi menjadi suatu kebutuhan terutama setelah adanya Covid-19 dimana masyarakat harus melakukan Belajar Dari Rumah BDR. Namun demikian, kita juga menyadari adanya dampak negatif seperti menurunnya moral remaja, munurunnya motivasi dan konsentrasi belajar, perubahan budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya dan agama. Dampak negatif yang ada perlu diwaspadai agar tidak berujung pada hilangnya karakter bangsa. Maka dari itu Pendidikan karakter adalah kebutuhan yang mendesak dan nyata di era digital. Karakter dan nilai luhur suatu bangsa merupakan syarat penting terwujudnya suatu negara yang adil dan bermoral. Di dunia digital, kewarganegaraan digital menjadi persoalan yang perlu ditanamkan agar generasi masa depan terdidik menjadi generasi yang bermoral. Upaya membangun karakter bangsa yang bermoral harus dilakukan sejak dini. Landasan pendidikan karakter disebut di dalam Alqur’an 3117 يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah manusia berbuat yang makruf dan cegahlah mereka dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang ayat ini Luqman menasehati berkaitan dengan amal-amal shaleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam berbuat kebaikan dan larangan berbuat jahat, juga nasehat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Konsep pendidikan karakter di ayat ini dapat mengarahkan peserta didik untuk tidak hanya belajar tentang nilai-nilai, namun benar-benar meyakini dalam hati dan mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam melaksanakan kehidupan berperilaku di dunia digital, ayat ini menjadi panduan untuk bisa berperilaku yang baik dan mencegah perbuatan yang pada dasarnya adalah usaha dalam membentuk kemampuan sumber daya manusia agar mempunyai kualitas karakter yang baik. Karakter adalah proses penerapan nilai-nilai moral maupun agama terhadap diri sendiri, sesama teman, dalam pendidik dan lingkungan sekitar maupun Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan karakter bertujuan untuk membangun akhlak dan moral yang baik kepada peserta didik sebagai penerus bangsa agar menciptakan kehiupan berbangsan yang adil, aman dan perasaan dan perilaku dari individu sangat di butuhkan untuk membentuk suatu karakter. Pembentukan ini di lakukan dengan cara membiasakan diri dengan hal-hal yang positif dan meninggalkan kebiasaan yang buruk. Kebiasaan ini belum menjadi suatu perilaku yang tetap jika belum menjadi suatu kepribadian pada diri Individu. Kepribadian yang menetap inilah yang akan menjadi sebuah karakter apabila diwariskan kepada orang lain. Pendidikan karakter di era digital tidak akan lengkap apabila tidak mengajrakan kewarganaan digital kepada masyarakat yang telah menggunakan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah perlu memasukkan materi ini dalam kurikulum sekolah baik di tingkat PUD maupun perguruan tinggi. Dari pembahasan diatas bisa disimpulkan beberapa hal yang mencakup tentang pendidikan karakter di era digital yaitu bahwa pendidikan karakter dapat dimulai dari lingkungan terdekat yaitu keluarga, dan sekolah. Tujuan pendidikan karakter ialah untuk menciptakan manusia yang cerdas, kreatif, berakhlak dan memiliki kepribadian yang positif agar mampu mengelola dan mengambil peran dalam membangun bangsa yang bermartabat. pendidikan karakter memiliki peran yang sangat penting dalam berkembanganya generasi milelial. Kewarganaan digital merupakan bagian penting dari Pendidikan karakter bangsa di era digital saat ini. Pengajaran kewarganaan digital menjadi permasalahan yang mendesak mengingat banyaknya penyimpangan penggunaan teknologi digital yang diakukan bukan hanya oleh orang dewasa akan tetapi remaja. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Krisis COVID-19 memberikan kesempatan untuk berpikir secara mendalam tentang apa artinya menjadi “warga [digital] yang baik berpartisipasi dalam kehidupan sipil dan politik, mengkritik masalah di dunia, dan memperbaikinya melalui penyelidikan dan tindakan yang penuh harapan” Stitzlein, 2020, hlm. 83. Penting untuk bersiap menghadapi kenyataan bahwa kita pasti akan menghadapi krisis tambahan dalam waktu dekat. Paralel yang jelas adalah krisis perubahan iklim warga mengakses informasi, kebutuhan untuk pengorbanan dan tindakan kolektif untuk kebaikan masyarakat di luar kota atau negara bagian sendiri, dan kenyataan bahwa perubahan iklim akan “mengambil korban terbesar pada orang miskin dan rentan, dan dampak ini sebagian besar disebabkan oleh ketidaksetaraan” PBB, 2016, paragraf 1 yang secara tragis bertahan lama namun dapat diperbaiki. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Kewarganegaraan Digital Selama PandemiGlobal Melampaui Literasi DigitalBeth A. Buchholz, Jason DeHart, Gary Moorman“Karena kehidupan dan pengajaran sehari-hari telah bergeser ke komunitas online dan ruang dirumah, langkah apa yang dapat diambil pendidik untuk membuat model dan memfasilitasi praktikkewarganegaraan digital yang efektif?”alam pembukaan bukunyatentang kewarganegaraan digital,Ribble 2015 memprovokasipembaca dengan mengajukan pertanyaanretoris berikut “Mengapa seseorang—administrator, guru, orang tua, siswa—bahkan peduli dengan hal seperti 'masyarakatdigital?' ” hal. 7. Lima tahun kemudian, didunia yang tampaknya sulit dikenali, itubukan lagi pertanyaan retoris. Pandemiglobal COVID-19 mengharuskan warga diseluruh dunia mempraktikkan jaraksosial/fisik. Tempat-tempat umum dan bisnistempat orang-orang berkumpul sebelumnyaditutup. Pendidik, yang banyak di antaranyatidak menguasai teknologi dengan baik, tiba-tiba ditugaskan untuk memindahkanpembelajaran berbasis sekolah ke mereka dihadapkan pada banyakmasalah pengajaran, pembelajaran, danteknologi yang rumit yang membuat masalahkesetaraan dan akses lebih jelas komentar ini, kamimengeksplorasi hubungan antarakewarganegaraan dan dunia digital yangberkembang pesat dengan melihat ke saat awali dengan pembahasan tentangpendidikan, kewarganegaraan, dan duniadigital dalam konteks pandemi kemudian membuat argumen bahwaliterasi digital kritis dan kewarganegaraanharus dilihat sebagai kami mengeksplorasi implikasiruang kelas dalam konteks empat pertanyaankompleks etis yang diajukan olehMasyarakat Internasional untuk Teknologidalam Pendidikan ISTE; 2020. Akhirnya,kami memeriksa ketidakadilan yang semakinnyata sebagai akibat dari di Saat KrisisUntuk memperlambat pandemi, parapemimpin pemerintah secara eksplisitmeminta semua warga untuk melakukanbagian mereka untuk menghentikan penyebaran virus dan mencegah kematianyang tidak perlu. Kampanye iklanmenyerukan persatuan mis., "terpisah tapitidak sendirian". Tagar yang beredar dimedia sosial mencerminkan seruan kepadawarga untuk mengambil tindakan sederhanadan individual untuk kebaikan kolektif yanglebih besar WashYourHands,BendTheCurve, dan ditantang untuk menyaring puing-puing digital yang mengacaukan webmisalnya, peta, grafik, artikel, bagan,video, untuk membedakan informasi akurattentang COVID-19. Wacana politik yangkontroversial dan teori konspirasi membuatpembelajaran untuk hidup aman dan salingmenjaga di/lintas ruang digital dipanggil untuk beralih dariperan sekolah yang berteori dalammempersiapkan kaum muda untuk hidupterlibat secara sipil, kehidupan melek onlinedi masa depan untuk mempertimbangkantaruhan tinggi dan implikasi etis darimengundang kaum muda untukberpartisipasi dalam pekerjaan ini mendadak sekolah kepembelajaran jarak jauh/e-learning padaakhirnya dapat memperkuat praktik literasidigital siswa dan guru. Agar hal ini menjadikenyataan, pendidik membutuhkan waktudan ruang untuk terlibat dalam percakapankritis yang melampaui alat/platform digitalyang efektif dalam memenuhi definisi sempittentang membaca dan melihat perpindahan pra-K-16ke platform online pada musim semi 2020sebagai “bukan homeschooling…bukanpembelajaran jarak jauh…, bukan sekolahonline” Hughes & Jones, 2020, paragraf 2–4 melainkan “Covid-19 Schooling”paragraf 7. Dari perspektif ini, pengalamanpendidikan online ini dapat dilihat sebagaibentuk manajemen krisis. Hal inimemberikan ruang untuk menciptakankembali dan membayangkan kembalipandangan yang lebih luas dan eksperiensialtentang praktik literasi kritis yang diperlukanuntuk kewarganegaraan digital di duniapasca-COVID-19. Mengingat pengalamanonline pribadi dan kolektif kita selamaCOVID-19, kita ditantang untukmempertimbangkan kembali pertanyaan,Warga negara seperti apa yang dibutuhkanoleh demokrasi abad ke-21 kita?Kewarganegaraan Digital LiterasiDigital Kritis sebagaiPartisipasi/Keterlibatan Kewarganegaraan adalah interaksi kompleksantara demokrasi, komunitas, dan yang dikatakan Dewey 1916,demokrasi “lebih dari sekadar bentukpemerintahan; itu terutama merupakan carahidup yang berhubungan, pengalaman komunikasi bersama [penekananditambahkan]” hal. 83. Bentukpemerintahan ini membutuhkan komunitasdengan seperangkat nilai bersama, dan warganegara yang terlibat secara bertanggungjawab dalam kegiatan sosial dan politikPendidik harus menyadari bahwademokrasi, seperti halnya semua fenomenasosial yang kompleks, tidak dapat diajarkansecara langsung. Tidak ada kurikulum yangberhasil yang menguraikan dan secaraabstrak menginstruksikan kaum mudatentang bagaimana menjadi warga negarademokratis yang bertanggung jawab. Literasikewarganegaraan digital kritis Garcia,Mirra, Morrell, Martinez, & Scorza, 2015,seperti halnya kewarganegaraan demokratissecara lebih umum, membutuhkanperpindahan dari belajar tentangkewarganegaraan ke berpartisipasi danterlibat dalam komunitas demokratis tatapmuka, online, dan di semua ruang diantaranya. Ruang kelas dan sekolah, sertakonteks pendidikan lainnya, harus menjadikomunitas yang demokratis. Dalam menelusuri kembali ide-ideseputar mendidik untuk demokrasi, karyaWestheimer dan Kahne 2004 sangatpenting. Mereka menunjukkan spektrumyang luas dari keyakinan dan pemahamanyang mendasari program pendidikan yangditujukan untuk mengembangkan warganegara yang baik. Program dan pedagogiyang berbeda memiliki gagasan yang sangatberbeda, terkadang bertentangan, tentang apaitu kewarganegaraan yang baik dan apa yangdilakukan warga negara yang baik. Westheimer dan Kahne padaakhirnya menawarkan tiga konsep warganegara yang baik yang diwujudkan dalampendidikan warga negara yang bertanggungjawab secara pribadi, warga negara yangpartisipatif, dan warga negara yangberorientasi pada keadilan. Pekerjaan yanglebih baru mis., Krutka & Carpenter, 2017;Mattson & Curran, 2017 telah memperluasdeskripsi konsepsi kewarganegaraan iniuntuk mencerminkan masuknya alat danpraktik digital yang diperlukan, disampingmempertimbangkan tantangan dan peluangbaru bagi guru dalam mendidik demokrasi. Bersama dengan para sarjana ini,kami menolak konsepsi kewarganegaraanhanya sebagai status yang telah ditentukansebelumnya berdasarkan geografi dan/atautanggung jawab pribadi. Sebaliknya,kewarganegaraan harus dilihat dariperspektif sosiokultural yang kompleks daripengembangan identitas moral dankewarganegaraan "yang terus-menerusdinegosiasikan melalui praktik sehari-hari"Nasir & Kirshner, 2003, hlm. 139.Kewarganegaraan harus dilihat dari apa yang kita lihatmerupakan praktik ini adalah literasi digital,atau praktik yang ditempatkan secara sosial"didukung oleh keterampilan, strategi, dan sikap yang memungkinkan representasi danpemahaman ide menggunakan berbagaimodalitas yang dimungkinkan oleh alatdigital" O'Brien & Scharber, 2008, hlm. 66–67. Menjadi warga negara yang melekdigital mencakup kemampuan membaca,menulis, dan berinteraksi di/di layar untukterlibat dengan komunitas online yangberagam, dengan orientasi keadilan kerangka literasi digital yang lebihbesar ini, kami menganjurkan pedagogiliterasi kritis yang memungkinkan siswauntuk berpikir pada tingkat yang lebih dalamtentang tidak hanya bagaimana membaca danmenulis di lingkungan online tetapi jugabagaimana melakukannya sebagai wargadigital yang produktif, bertanggung jawab,dan kritis. . Menjadi warga negara digitalmembutuhkan lebih dari sekadarketerampilan teknis. Hal ini jugamembutuhkan individu untuk menghadapiide-ide kompleks tentang pemberlakuanidentitas dan dialog online sebagai warganegara yang secara kolektif bekerja untukkesetaraan dan perubahan. Seperti yangditunjukkan Mirra 2020 dalam tweet yangsangat meta, pendidikan harus beralih dari“melatih pemuda untuk menerima kehidupansipil yang disfungsional yang dibangun diatas + melanggengkan KETIMPANGAN”dan bergerak menuju pandangankewarganegaraan digital di mana sekolahmendukung “pemuda menggunakanLITERACIES mereka untuk memimpikandan merancang MASA DEPAN SIPILYANG MEMBEBASKAN!”Kewarganegaraan Digital di KelasCOVID-19 telah mengharuskan warga darisegala usia menggunakan praktik literasidigital untuk belajar, tetap terinformasi, danpeduli serta terhubung dengan keluarga,teman, dan komunitas dekat dan ini mengharuskan pendidik untukmempertanyakan bagaimana praktikmembaca dan menulis dibentuk olehkecepatan informasi yang cepat dan untukmengeksplorasi cara terbaik untukmemodelkan dan memeliharakewarganegaraan digital yang kritis. Daftar kecakapan teknis dan aturansederhana untuk terlibat secara onlinedengan aman telah mendominasi kurikulumkewarganegaraan digital. Penjelasan yanglebih partisipatif tentang demokrasi danliterasi meminta para pendidik untukmempertimbangkan bagaimana “warganegara [online] yang baik…[mungkin]bekerja untuk mencapai tujuan bersamabarang dan perkembangan diri merekasendiri dan orang lain…[dengan]berpartisipasi dalam kehidupan sipil danpolitik, mengkritik masalah di dunia, danmemperbaikinya melalui penyelidikan dantindakan yang penuh harapan” Stitzlein,2020, hal. 83. Kami melihat kebutuhan yangmendesak untuk memeliharakewarganegaraan digital di komunitas kelas,baik dalam interaksi tatap muka maupundalam instruksi online. Lebih darisebelumnya, terlibat dalam wacana sipildalam komunitas online adalah masalah yangmendesak. Kami sekarang menawarkanserangkaian undangan kelas yang berakarpada mengundang kaum muda untuk secarakritis terlibat dalam jenis praktik literasidigital yang didahulukan dan diperlukan olehkewarganegaraan sehubungan denganCOVID-19. Dengan setiap ide, kamimemberikan gambaran umum tentang jenispraktik dan masalah yang mungkindipertimbangkan oleh Suara Bagaimana SayaDapat Tetap Terinformasi denganMengevaluasi Akurasi, Perspektif,dan Validitas Sumber Online?Undangan Kelas. Lihatlah peta berjudul “DiMana Amerika Tidak Tinggal di RumahBahkan Saat Virus Menyebar”, yangdiposting di situs web The New York Timespada bulan April Glanz, Carey, Holder,Watkins, Valentino-DeVries, Rojas, &Leatherby , 2020. Bekerja dalam kelompokkecil, diskusikan dan buat catatan sebagaijawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikutApa yang Anda perhatikan? Apa artinya ini?Apa yang Anda heran? Sekarang lihat petakedua yang berjudul “Tidak Ada Mobil danTidak Ada Supermarket Dalam Satu Mil”.Apa yang Anda perhatikan? Apa artinya ini?Bagaimana peta ini membantu Anda melihat/memahami peta pertama secara berbeda?Apa pertanyaan baru yang Anda milikisekarang? Peta apa lagi yang dapat Andapasangkan dengan peta pertama untukmenyoroti perspektif yang berbeda ataumenghasilkan percakapan online yangberbeda?Gambaran. Ketika COVID-19 mulaimenyebar ke seluruh dunia pada awal tahun2020, Direktur Jenderal OrganisasiKesehatan Dunia Dr. Tedros Ghebreyesus2020 menyatakan, “Kami tidak hanyamemerangi epidemi; kita sedang melawaninfodemi”. COVID-19 telah menyorotiimplikasi hidup dan mati warga yang dapatmengevaluasi validitas sumber informasidigital, termasuk grafik, bagan, tabel, danvideo. Dengan para pemimpin pemerintahfederal, negara bagian, dan lokalmenawarkan saran yang bervariasi danseringkali bertentangan, warga harusmengumpulkan sumber/teks online untukmenginformasikan jawaban mereka ataspertanyaan kritis seperti ini Haruskah sayaberhenti bepergian? Haruskah saya memakaitopeng? Apakah jarak sosial/fisik berhasil?Kapan aman untuk kembali bekerja? Temuanpenelitian yang dilakukan selama awal krisis COVID-19 di Amerika Serikat menunjukkanbahwa di mana dan bagaimana wargamendapatkan berita memiliki hubungandengan hasil kesehatan akibat virusBursztyn, Rao, Roth, & Yanagizawa-Drott,2020.Pemikiran Akhir Krisis COVID-19 memberikan kesempatanuntuk berpikir secara mendalam tentang apaartinya menjadi “warga [digital] yang baik…[sekarang dengan] berpartisipasi dalamkehidupan sipil dan politik, mengkritikmasalah di dunia, dan memperbaikinyamelalui penyelidikan dan tindakan yangpenuh harapan” Stitzlein, 2020, hlm. 83.Penting untuk bersiap menghadapi kenyataanbahwa kita pasti akan menghadapi krisistambahan dalam waktu dekat. Paralel yangjelas adalah krisis perubahan iklim wargamengakses dis informasi, kebutuhan untukpengorbanan dan tindakan kolektif untukkebaikan masyarakat di luar kota atau negarabagian sendiri, dan kenyataan bahwaperubahan iklim akan “mengambil [e]korban terbesar pada orang miskin danrentan, dan dampak ini sebagian besardisebabkan oleh ketidaksetaraan” PBB,2016, paragraf 1 yang secara tragis bertahanlama namun dapat akhirnya, pekerjaan kita dalamliterasi harus ditujukan untuk menjawabpertanyaan-pertanyaan yang akan berlanjutke masa depan yang tidak mungkindiramalkan. Penting bahwa ketika “memilihantara alternatif, kita harus bertanya pada dirisendiri tidak hanya bagaimana mengatasiancaman langsung, tetapi juga dunia sepertiapa yang akan kita huni setelah badaiberlalu” Harari, 2020, paragraf 1. Negara-negara di seluruh dunia menghadapi pilihanberbahaya seputar pengawasan digital,isolasi nasional/solidaritas global,pemahaman publik tentang sains, dan peranmedia. Isu-isu ini terikat bersama denganalat, ruang, dan praktik digital. Warga negara—bukan hanya pemerintah—memiliki peranpenting dalam dunia seperti apa dan sekolahseperti apa yang kita huni sekarang danpascapandemi. Pendidik harus siapmemainkan peran sentral dalam membantumembina warga digital yang dapat terlibatsecara etis untuk kembali menciptakandunia yang lebih M., Toor, S., Rainie, L., & Smith,A. 2018. Activism in the social media age. Washington, DC PewResearch CenterCoiro, J. 2020. Toward a multifacetedheuristic of digital reading to informassessment, research, practice, andpolicy. Reading ResearchQuarterly. Advance onlinepublication. Advance online publicationHughes, H., & Jones, S. 2020, April 1. Thisis not home schooling, distancelearning or online schooling International Society for Technology inEducation. 2020. Krutka, & Carpenter, 2017.Digital citizenship in the Leadership, 753, 50– K., & Curran, M. 2017. Digitalcitizenship education Movingbeyond personal responsibility. De Abreu, P. Mihailidis, A. Lee,J. Melki, & J. McDougall Eds., International handbook of media literacyeducation pp. 144–155. Westheimer, J., & Kahne, J. 2004. Whatkind of citizen? The politics ofeducating for democracy. AmericanEducational Research Journal,412, 237–269. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication. Pengertian kewargaan digital adalah norma perilaku yang tepat dan bertanggung jawab atas penggunaan teknologi dengan baik dan benar. Untuk penjelasan lebih lengkap tentang apa itu kewargaan digital silakan simak tulisan ini baik-baik ya. Dunia maya sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat modern. Hampir tidak ada satu pun sisi kehidupan manusia yang tidak terlepas dari peran dunia maya. Mulai dari kesehatan, pendidikan, sampai persoalan kulineran. Dalam hal berkomunikasi, dunia maya tidak jauh berbeda dengan dunia nyata. Komunikasi antar individu, maupun beberapa individu sekaligus dapat terjadi baik di dunia maya maupun dunia nyata. Tidak heran, berbagai karakteristik, pribadi, ide, maupun tujuan yang berbeda dapat tertuang di dunia maya. Namun, sifat dunia maya yang tidak mempertemukan individu-individu tersebut secara langsung dapat mendorong menipisnya, bahkan hilangnya norma-norma sopan santun, tanggung jawab, dan etiket dalam berkomunikasi. Apakah Anda menggunakan Internet untuk berbagi pakai share informasi tentang diri Anda dan rekan lain, berkomunikasi dengan kawan-kawan, mengomentari yang Anda lihat secara daring, bermain gim, mengunduh bahan untuk mengerjakan tugas, atau membeli barang secara daring? Apa itu Warga Digital ? Kita semua saat ini adalah bagian dari warga digital. Apa itu warga digital ? Warga digital adalah orang yang sadar apa yang baik apa yang salah, menunjukkan kecerdasan perilaku teknologi, dan membuat pilihan yang tepat ketika menggunakan teknologi. Warga digital adalah individu yang memanfaatkan TI teknologi informasi untuk membangun komunitas, bekerja, dan berekreasi. Warga digital secara umum telah memiliki pengetahuan dan kemampuan mengoperasikan TI untuk berkomunikasi maupun mengekspresikan sebuah ide. Contohnya berkomunikasi melalui facebook, menulis blog, mencari informasi di forum, melakukan twit di Twitter, dan lain-lain. Sama halnya dengan warga dunia nyata, semua warga digital memiliki kewajiban untuk menjaga etiket dan norma, serta memiliki rasa tanggung jawab di dunia maya. Mengapa kewargaan digital itu penting? Jika Anda ingin memperoleh yang terbaik dalam menggunakan Internet dan menjaga keamanan serta kesehatan Anda dan rekan, gunakan bahan-bahan berikut ini untuk mempelajari bagaimana menjadi warga digital yang positif. Apa itu Kewargaan Digital ? Pengertian kewargaan digital adalah norma perilaku yang tepat dan bertanggung jawab terkait dengan penggunaan teknologi yang baik dan benar. Hal ini amat penting menjadi perhatian siapa pun, baik itu orang tua, guru, pemerintah, maupun lembaga sosial lainnya. Rentang usia warga digital mulai bergeser, seiring dengan semakin mudahnya akses teknologi, tampilan dan fitur yang semakin memanjakan pengguna, membuat anak-anak di usia belia telah dapat memanfaatkan teknologi tersebut untuk berkomunikasi, mencari dan bertukar informasi di dunia maya. Usia yang masih belia semakin membuka kemungkinan adanya pelanggaran norma-norma maupun penyebaran informasi penting yang dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Pengertian kewargaan digital adalah konsep yang dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan mengenai penggunaan teknologi dunia maya dengan baik dan benar. Penggunaan teknologi dunia maya dengan baik dan benar memiliki banyak implikasi, pemilihan kata yang tepat dalam berkomunikasi, tidak menyinggung pihak lain dalam update status WhatsApp, tidak memberikan informasi penting kepada publik, tidak membuka tautan yang mencurigakan, dan lainnya. Jadi pemahaman terhadap pengertian kewargaan digital menjadi sangat penting bagi setiap lapisan masyarakat. Hal ini tidak lain untuk melindungi generasi muda bangsa kita dari kemerosotan moral dan menjaga norma-norma yang berlaku di masyarakat Indonesia. Lingkungan Kewargaan Digital Siswa Siswa atau peserta didik secara umum masuk dalam lingkungan kewargaan digital yang ada dalam masyarakat. Minimal ada tiga lingkungan kewargaan digital di mana siswa berperan aktif di dalamnya. Lingkungan pertama adalah lingkungan belajar dan akademis. Komunikasi digital telah menjadi bagian dari lingkungan belajar dan akademis, apa lagi di masa pandemi seperti sekarang ini. Baik pengajar dan siswa secara aktif memanfaatkan IT dalam mencari informasi, data, maupun literatur yang digunakan untuk keperluan akademis. Lingkungan kedua adalah lingkungan sekolah dan tingkah laku. Lingkungan ini sedikit berbeda dengan lingkungan akademis, lingkungan sekolah dan tingkah laku tidak hanya terkait dengan aktifitas pembelajaran. Namun, anggota lingkungan ini bisa saja adalah masyarakat sekolah dan sekitarnya. Lingkungan ketiga adalah kehidupan siswa di luar lingkungan sekolah. Dimana mereka juga punya akses pada lingkungan digital di luar kehidupan sekolah, misalnya keluarga, kelompok hobi, komunitas bermain, dan lain sebagainya. Komponen Komponen Kewargaan Digital Kita sudah membahas bahwa pengertian kewargaan digital adalah konsep yang dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan mengenai penggunaan teknologi dunia maya agar warga digital lebih bertanggung jawab atas segala tindakannya. Lalu apa yang menjadi komponen-komponen kewargaan digital ? Komponen kewargaan digital dapat dibagi menjadi 9 komponen, Yaitu sebagai berikut Komponen 1. Akses Digital. Setiap orang seharusnya memiliki hak yang sama dalam mengakses fasilitas IT. Namun kemudian, setiap pengguna TIK harus menyadari bahwa tidak setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses teknologi, baik itu dibatasi oleh infrastruktur maupun oleh lingkungan komunitas pengguna itu sendiri. Komponen 2. Komunikasi Digital. Dalam lingkungan belajar, akademis, maupun lingkungan kerja dan masyarakat umum nantinya, komunikasi merupakan kewajiban yang harus dilakukan setiap orang untuk dapat bertukar informasi dan ide. Komunikasi dapat dilakukan secara satu arah, dua arah, antarpribadi maupun komunikasi dalam forum. Komponen 3. Literasi Digital. Dunia pendidikan telah mencoba untuk mengintegrasikan teknologi digital ke dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa mampu menggunakan teknologi digital untuk mencari dan bertukar informasi. Komponen 4. Hak digital. Sama halnya dengan perlindungan hak asasi di dunia nyata, para warga digital juga memiliki perlindungan hak di dunia digital. Setiap warga digital memiliki hak atas privasi, kebebasan berbicara, dll. Komponen 5. Etiket digital. Sering kali pengguna teknologi digital tidak peduli dengan etiket penggunaan teknologi, tetapi langsung menggunakan produk tanpa mengetahui aturan serta tata krama penggunaannya. Komponen 6. Keamanan digital. Dalam setiap komunitas terdapat individu yang mencuri karya, merusak, ataupun mengganggu individu lainnya. Komponen 7. Hukum digital. Hukum digital mengatur etiket penggunaan teknologi dalam masyarakat. Warga digital perlu menyadari bahwa mencuri ataupun merusak pekerjaan, data diri, maupun properti daring orang lain merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Komponen 8. Transaksi digital. Warga digital perlu menyadari bahwa sebagian besar dari proses jual beli telah dilaksanakan secara daring. Komponen 9. Kesehatan digital. Di balik manfaat teknologi digital, terdapat beberapa ancaman kesehatan yang perlu diperhatikan, seperti kesehatan mata, telinga, tangan, bahkan keseluruhan badan. Tidak hanya kesehatan fisik, kesehatan mental dapat juga terancam jika pengguna tidak mengatur penggunaan teknologi digital. Apa itu THINK ? Untuk menyederhanakan 9 komponen di atas, kita dapat menggunakan konsep “ sebelum Anda berkomunikasi di dunia digital. Apa kepanjangan dari THINK ? adalah akronim dari Is it True Benarkah? Is it Hurtful Menyakitkankah? Is it illegal Ilegalkah? Is it Necessary Pentingkah? Is it Kind Santunkah? Soal Latihan Kewargaan Digital Untuk lebih mendalami tentang apa itu pengertian kewargaan digital, silakan kerjakan soal latihan interaktif berikut ini. Demikianlah rangkuman kami mengenai pengertian kewargaan digital adalah ? dan jawabannya. Semoga bermanfaat dan salam sehat selalu

tuliskan tentang kewargaan digital di negara maju